Laman

Minggu, 06 November 2011

Terimakasih Ayah Ibu, Maafkan aku....

Pernahkah kita menatap orang terdekat ketika sedang tidur......???. Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka ketika sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah
bengisnya.

Perhatikanlah ayah kita saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini
semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya,betapa kerut merut mulai
terpahat di wajahnya. Beliaulah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. beliaulah, rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, palingkan wajah…...Lihatlah ibu kita. Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus
membelai-belai tubuh bayi kita itu, kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Beliau-lah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Beliau juga yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang,dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu...Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya...

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan, namun  pasti….. disaat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang seketika akan mengalir deras  ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan kita.

Pengorbanan yang terkadang ditutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Allah mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan...Dan ekspresi wajah ketika  tidur-pun mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara…………seolah mereka berkata... "betapa lelahnya aku hari ini". Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan akan membuncah seketika jika mengingat itu semua.

Selanjutnya, bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu"……….
Tidak lagi membuka mata untuk selamanya ...

Kemudian, ada satu pertanyaan yang patut direnungkan bersama..”apakah kita sudah membalas semua pengorbanan mereka, walaupun hanya sekedar membuat mereka tersenyum bahagia?”….

maafkan aku Ayah Ibu, maafkan anakmu belum bisa membahagiakanmu

ayah ibuku
maafkan aku


AKU MENCINTAIMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar